Develop TB Elektronik BHUTAN...... part 2

Lanjutan Posting sebelumnya Develop TB Elektronik BHUTAN.....part 1 

---------------------------
Kami di jemput di bandara oleh staff WHO Bhutan, langsung diantar ke hotel yang sebelumnya sudah di pesan oleh Depkes Bhutan.  
Setelah sampai di hotel, kami istirahat. tidak lupa untuk foto-foto selama perjalanan dan saat di  hotel.
Foto selama perjalanan menuju hotel





nginap di hotel  JAMBAYANG RESORT cuma 2 hari, 1 malam. review hotel ini : kamar bersih, ada fasilitas Internet, ada pemanas ruangan, ada sarapan pagi, tapi untuk menuju kamar jauh banget naik tangga-nya, jauh dari pusat kota. akhirnya saya dan rekan saya, memutuskan untuk pindah hotel.


Akhirnya saya pindah hotel di tengah kota, walaupun tidak sebagus yang sebelumnya, namun masih ada fasilitas internet di kamar untuk menunjang aktifitas ngebuat software.
Hari pertama kerja, langsung ke kantor WHO Bhutan, ketemu dengan pimpinan WHO Bhutan yang kebetulan kenal sangat baik dengan rekan saya, karena pernah bersama-sama kerja di WHO Indonesia (dan tentunya bisa bahasa Indonesia). Perlu di ketahui, bahwa kantor WHO Bhutan, satu atap gedung dengan Departemen Kesehatan Bhutan.
 Dadang Supriyadi di depan Kantor Depkes Bhutan
Selesai bekerja hari pertama, dan menyusun jadwal kegiatan selama kerja di Bhutan, saya kembali ke hotel. dan tidak lupa mencari Sim Card ponsel, untungnya hotel saya dekat dengan kantor cabang TashiCel (operator telpon selular).   
Untuk membuat software yang sesuai dengan kebutuhan negara Bhutan, saya mengambil lebih banyak informasi mengenai alur pencatatan dan pelaporan TB di Bhutan, saya mendatangi rumah sakit maupun fasilitas kesehatan yang menangani TB, baik itu di Kota Thimpu (Ibu Kota Bhutan) maupun ke distrik lain.
  Berkunjung ke Rumah Sakit Paro

 Dadang Supriyadi, Frangky Loprang dan Dopo Di depan PARO Hospital

Bhutan Negara di Himalaya, penduduk sekitar 900.000 jiwa, 70% berada di Kota Thimpu. Siang hari suhunya kira-kira 10-15 celcius. kalo malam hari bisa dibawah 0 derajat celcius, untungnya dikamar saya disediakan pemanas ruangan. Karena kekayaan Air yang melimpah, Bhutan penghasil listrik yang muncukupi untuk negaranya, sampai-sampai mengekspor listrik ke India. Mata Uang Bhutan adalah Ngultrum, saat saya di sana 1 Ngultrum =  +/- Rp. 200. 
Jalanan di Thimpu sangat kecil, lebarnya hanya untuk 2 mobil.  Di Kota Thimpu hanya ada Toko-toko yang buka mulai jam 10 pagi waktu  Thimpu, dan jangan berharap ada Mal seperti di Jakarta...heheheh. Di Thimpu jarang sekali saya jumpai orang yang mengendarai motor, mungkin karena cuacanya dingin kali ya, dan tidak ada lampu Lalu Lintas, hanya diatur oleh polisi di beberapa persimpangan, namun pengendara disana sangat tertib, sangat menghargai pejalan kaki (beda dengan di Jakarta).
Untuk masalah makanan, awalnya saya kesusahan dengan kebiasaan makanan di Thimpu. Karena hampir semua tempat makan, menyediakan kari. Rupanya kari merupakan pendamping wajib makanan disana, karena mayoritas masyarakat menyukai kari. Seiring waktu,saya juga terbiasa dengan kari made in Thimpu. Restoran yang saya rekomendasikan adalah Ama Restoran, tempatnya sedikit terpencil, ada di lantai dasar dari jajaran pertokoan. Tapi mudah di jumpai, karena terdapat petunjuk plang nama restoran yang cukup besar di depan pertokoan, posisi restoran ini tidak jauh dari hotel R-Penjor / kantor Tashi Cell.    
Saat membuat software banyak kendala yang saya hadapai, terutama permintaan usernya. Sekarang di sepakati  formulir input dan outputnya,  besok berubah lagi. padahal waktu efektif cuma 8 hari kerja. Tapi akhirnya selesai juga software-nya, untuk level Reporting Centre dan Nasional.  Pekerjaan mengerjakan software saya lakukan sendiri, saya ucapkan terimakasih kepada Bpk Frangky, yang sudah membantu saya dalah hal pemahaman alur pelaporan TB, karena beliau paham betul (menguasai) tata cara pencatatan dan pelaporan TB,beliau sudah lama aktif sebagai konsultan TB WHO di Indonesia.
Waktu Libur, hari Minggu saya pakai untuk jalan-jalan keluar distrik, mengunjungi  Kuil di Distrik Punakha, sekitar 2 jam perjalanan dengan Mobil. Kuil ini dikelilingi sungai yang lebar, terdapat pertemuan arus sungai.
       Ama Restaurant


    


Setelah software selesai, kegiatan selanjutnya adalah, pelatihan kepada user. Kegiatan pelatihan ini dilakukan 2 hari, peserta pelatihan adalah Staff TB Officer dan IT dari Reporting Centre, District dan Nasional, Pelatihan dilakukan di Kota Paro, sekitar 1 jam dari Thimpu.

Suasana Pelatihan Software di Paro Bhutan, 
Dadang Supriyadi dan Franky Loprang menjadi Narasumber















Evaluasi setelah pelatihan, user nasional (Depkes Bhutan meminta update beberapa perubahan), diselesaikan saat kembali ke Thimpu. Akhirnya setelah selesai, software dan buku manual Bhutan TB Tronic di serahkan ke Departemen Kesehatan Bhutan, 1 hari menjelang kepulangan kembali ke Indonesia.
Akhirnya saya harus kembali ke Jakarta, selama di Bhutan adalah menjadi pengalaman berharga bagi saya. Semoga saya bisa kembali ke sana lagi, untuk pekerjaan yang lain.

Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada / Thanks To :
-.Dr. Franky Loprang (WHO Indonesia) 
- Mr. Chewang
- Mr. Tashi
- Mr. Dopo
- Dan semua yang membantu saya selama di Bhutan, yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu (and all who helped me while in Bhutan, which I can not mention one by one).

Untuk teman-teman ku di Bhutan, Salam dari Jakarta, Indonesia.
For All my friend in Bhutan, greetings form Jakarta, Indonesia.

--------------------------------------------------------------------------------